Innaalillahi wa
inna ilaihi rojiun... Innaalillahi wa inna ilaihi rojiun.... Innaalillahi wa
inna ilaihi rojiun
Albaqo’u ilaa
rohmati Robbihi ...
Telah di panggil
oleh Allah SWT ibu kami, ayah kami, guru kami :
Almarhumah Hj.
Nurlailah Burhani Binti KH. Burhani pada hari jum’at pukul 03:00 WIB, 23
Oktober 2020 di R.S Ananda Kebalen. Kabupaten Bekasi.
Almarhum Almagfurlah
KH. Nurul Anwar, Lc Hari selasa 27 Oktober 2020 pukul 04:57 WIB ba’da subuh di
RSUD Kota Bekasi.
Pagi hari
tepatnya hari jum’at pukul 06.45, ketika baru tiba di sekolah, saya
menyempatkan waktu untuk membuka group
chat WA iltizam. Kemudian saya dikagetkan dengan sebuah pesan singkat yang
dikirimi berita tentang meninggalnya ustz HJ. Nurlaila Burhani. Perasaan hati
pun jadi berbaur dan berkecamuk antara
percaya dan tidak percaya dan seolah-olah ini seperti sebuah mimpi.
Saya hubungi Ust.
A. Nur Shobirin selaku temen dan saudara se-darul aytam yang tinggal di ujung
harapan tentang kebenaran berita tersebut. Dan ternyata informasi tersebut
benar. Niat hati menanyakan info tersebut supaya saya langsung berangkat ke
ujungharapan untuk bertakziyah ke rumah beliau, namun sangat di sayangkan menurut
infromasi yang di sampaikan, setelah pulang dari rumah sakit jenazah beliau tidak
di bawa pulang ke rumah kediaman beliau di pesantren attaqwa putera, akan
tetapi langsung di kirim ke Pondok Pesantren Attaqwa Putri untuk di mandikan,
dikafani dan di shalatkan di pesantren tersebut. Apalah daya dan upaya, ini
menjadi qodarulloh, rencana tidak tersampaikan. Saya ikhlaskan niat baik dan
rencana tersebut tidak berjalan sesuai rencana, namun kiriman surat al-fatihah
dan doa khusus untuk beliau tetap saya bacakan.
Selang beberapa
hari kemudian, tepatnya hari selasa tanggal 27 Oktober, saya buka lagi group
chat WA marhalah Iltizam 2006, kemudian saya dikagetkan yang kedua kalinya dengan
sebuah pesan singkat yang di kirim oleh Ust. Syamsul Falah, S.Pd.I tentang meniggal
nya Guru (Sapaan kami santri darul aytam at-taqwa untuk beliau) Abuya KH. Nurul
Anwar, Lc. Badan ini terasa tak bertulang dan lemas sekali mendengar berita
duka tersebut. Rencana dan strategi pun mulai saya susun supaya tidak gagal
lagi seperti yang sudah berlalu. Pukul 07-00 sampai pukul 09.00 saya gunakan waktu
untuk melakukan aktifitas dan tanggung jawab sebagai wali kelas 9B dan sebagi guru
di SMPIT Nurul Ilmi Cibarusah, pukul 09.00 sampai 13.00 untuk bertakziyah ke Ujung
Harapan. Sebagai Kiyai besar dan ulama terkenal seperti beliau, tentunya yang bertakziah
pun sudah di pastikan sangat banyak serta jamaah beliau pun di pastikan membludak,
saya urungkan niat saya untuk bertakziah, tetapi saya niatkan untuk tetap bisa
melakukan shalat jenazah. Tepat pukul 11.30 tibalah saya di rumah orang tua
saya di Nurul falah, kemudian segera wudhu lalu berangkat ke Masjid Jami
Attaqwa dengan seragam apa adanya masih menggunakan baju mengajar. Ketika hampir
tiba di masjid attaqwa, saya lihat lapangan
besar penuh dengan kendaraan motor, mobil-mobil parkir berbaris rapih di
sepanjang jalan depan masjid dan di jalan raya, ribuan dan bahkan jutaan jamaah
memadati halaman masjid attaqwa dan di dalam masjid attaqwa baik di lantai dasar ataupun
lantai dua masjid, jama’ah shalat zuhur dan shalat jenazah pada saat itu sangat
banyak bahkan melebihi jumlah jama’ah shalat jumat seperti biasanya. Azan zuhur
di kumandangkan lalu di ikuti iqomah bertanda langsung dilaksanakan shalat
zuhur berjama’ah, doa setelah shalat selesai dibacakan, langsung di lanjutkan
dengan pelaksanaan shalat jenazah dan ditutup dengan doa arwah. Namun perlu di
ingat, sambil menunggu waktu zuhur tiba, sudah menjadi sunnah attaqwa bahwa
sebelum pelaksanaan shalat jenazah dibacakan zikir , tahlil dan tahmid serta
kalimat takziyah dan pada saat itu kalimat takziyah disampaikan oleh KH.
Munawir, Sambutan keluarga disampaikan oleh DR. KH. Iman Fadhlurrohman, Lc. MA,
sambutan dari Ketua Yayasan Attaqwa oleh KH. M. Amin Noer, MA dan ditutup
dengan doa oleh Sekjen MUI Kabupaten Bekasi. Setelah di shalatkan, jenazah Guru
di bawa ke Pondok Pesantren Attaqwa Puteri untuk di semayamkan yang berdekatan
dengan makam orang tua beliau KH. Noer Alie dalam satu komplek pemakaman
keluarga Besar Yayasan Attaqwa.
KH. Nurul Anwar
Bin KH. Noer Alie menikah dengan HJ. Nurlaila Burhani Binti KH. Burhani, beliau
di karunia lima orang anak, yaitu DR. KH. Iman Fadhlurrohman, Lc. MA, KH. Anis
Abdul Quddus, MA, Mutiara Subhiyah, MA, Sofa Nur Rohmah, MA dan Muhammad ‘Ali
Rojai, Lc.
Adapun yang di asuh
oleh beliau dari keluarga besar bu Ela yaitu Fitrian Nabil, Lc, Shanti, Guru
Syarifulloh, S.Pd, kak Ami, Kak Dayat dan kak Didin.
Sedangkan anak asuh
dari Darul Aytam Attaqwa (PSDAA, Persatuan Santri Darul Aytam Attaqwa atau biasa
dipanggil oleh Guru Syarifulloh dengan sebutan Pemuda Abu Dabhi) adalah
Muhammad Zaim, S,Pd.I, M. Yusma, M. Ihsan Rifai Romli, S,Pd.I, Syahrul Faadhil,
Lc. MA, Saiful Anwar, Lc, A. Nur Shobirin, S.Pd.I, Zulfahmi, Nur hayadi,
S,Pd,I, M. Anwar Sadat, Suhendra dan A. Suharjo. Asrama yaitim pada saat itu di
perpustakaan attaqwa Putera yang lokasinya
nempel disamping rumah beliau, setelah itu asrma yatim Pindah ke rumah bekas
Ust. Zubair Dasuki.
Kami santri Darul
Aytam Attaqwa di asuh oleh beliau seperti layaknya keluarga kandung. Setiap
pagi kami di belikan nasi uduk atau dibuatkan nasi goreng oleh Bu Ela, setiap
hari kami membantu bersih-bersih rumah beliau setiap pagi sebelum berangkat ke
sekolah dan setiap sore setelah shalat ashar, membantu menyiapkan segala
sesuatunya ketika mau ada tamu, baik tamu perorangan, berkelompok atau
berombongan, bahkan tamu dari luar negeri pun terkadang kami juga menyambutnya
seperti pada waktu itu tamu dari Pakistan dengan berkomunikasi dengan bahasa
arab. Setiap pagi kami membantu beliau berbelanja ke pasar untuk makan para
santri, bahkan kami pun ikut membantu
berbelanja bulanan untuk keperluan
keluarga beliau dan keperluan santri. Setiap siang dan sore hari kami mengambil
makan sambil Tobur dengan santri lain, dan kadang-kadang kita di
perlakukan seperti anak emas tidak ikut mengantri tetapi langsung masuk ke dapur
dan di layani dengan istimewa, seperti layaknya costumer kelas elit. Kami
sering diebrikan sama bu Ela atau sama Guru uang jajan yang tidak di
sangka-sangka. Terkadang kami di suruh mengantar jadwal pengajian beliau ke
beberapa masjid tempat beliau mengisi pengajian. Masuk ke Ponpes Attaqwa Puteri
pun langsung masuk tanpa melalui proses administrasi di pos waktu mengirim bekel
untuk Kak Yara dan Kak Sofa atau ada keperluan lain ke guru-guru Ponpes Puteri.
Setiap Bulan Ramadhan kami di sibukan dengan persiapan takzil untuk santri-santri
dan guru di pondok, seperti membuatkan teh anget untuk Guru-guru asrama yang
ikut tadarus menjelang shalat magrib dan membuatkan tiga sampai empat gentong
es teh untuk para santri dan membelikan gorengan untuk santri dan guru
pendamping tadarrus. Ketika sahur kami mengambil makan di asrama abdul majid
yang lumayan jauh dari asrama kami, tapi alhamdulillah ketika berbuka puasa
kami di siapkan oleh bu Ela dan tentunya makanannya lebih istimewa di banding
dengan santri selain darul aytam attaqwa. Menjelang idul fitri kami pasti sibuk
beres-beres dan bersih-bersih rumah beliau, seperti mengecat ulang rumah
beliau, merapihkan tanaman-tanaman di depan dan disamping rumah beliau, belanja
segala kebutuhan idul fitri untuk menjamu para tamu beliau seperti membeli
kolang kaling, es krim sampai 5 ember dengan varian rasa, daging, nugget dan
yang lainya. Tanggal 1 sampai 20 Romadhon kami di sibukan membantu memenuhi
keperluan takzil, konsumsi tadarus setelah taraweh, iftor puasa santri,
sedangkan tanggal 21 romadhon sampai akhir romadhon sibuk membantu panitia i’tikaf
serta mengantar takzil, iftor, serta mengirim kebutuhan nya Guru ketika I’tikaf
di masjid Attaqwa.
Kami merasa
kehilangan sekali dengan kepergian beliau berdua, beliau sudah kami anggap
seperti orang tua kandung kami. Kami ingat sekali pesan Guru ketika kami
lebaran dulu, beliau mengatakan “ Kalian sebagai yatim gak usah sedih, Nabi
Muhammad menjadi Yatim sejak masih dalam kandungan ibunya. Ketika anak yatim
ayah kandungnya sudah tidak ada, maka yang menjadi ayah kalian adalah banyak,
yaitu para guru, para ustadz dan orang-orang yang paham agama yang mendalam,
oleh karena itu pesan Guru atau pesan bapak jangan lah kalian sedih, terus lah
raih cita-cita dan prestasi”
Selamat jalan
Ayah dan Ibu Kami tercinta Abuya KH. Nurul Anwar, Lc dan Ust HJ. Nurlailah
Burhani, S.Ag. Hanya doa yang bisa kami panjatkan. Semoga Kak Iman, Kak Anis,
Kak Yara, Kak Sofa dan Kak Rojai di berikan kekuatan dan kesabaran menjalani
semua ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar