Minggu, 01 November 2020

Hubungan Santri Darul aytam Attaqwa dan Keluarga Besar Abuya KH. Nurul Anwar, Lc.

 


Innaalillahi wa inna ilaihi rojiun... Innaalillahi wa inna ilaihi rojiun.... Innaalillahi wa inna ilaihi rojiun

Albaqo’u ilaa rohmati Robbihi ...

Telah di panggil oleh Allah SWT ibu kami, ayah kami, guru kami :

Almarhumah Hj. Nurlailah Burhani Binti KH. Burhani pada hari jum’at pukul 03:00 WIB, 23 Oktober 2020 di R.S Ananda Kebalen. Kabupaten Bekasi.

Almarhum Almagfurlah KH. Nurul Anwar, Lc Hari selasa 27 Oktober 2020 pukul 04:57 WIB ba’da subuh di RSUD Kota Bekasi.

 

Pagi hari tepatnya hari jum’at pukul 06.45, ketika baru tiba di sekolah, saya menyempatkan  waktu untuk membuka group chat WA iltizam. Kemudian saya dikagetkan dengan sebuah pesan singkat yang dikirimi berita tentang meninggalnya ustz HJ. Nurlaila Burhani. Perasaan hati pun jadi berbaur dan  berkecamuk antara percaya dan tidak percaya dan seolah-olah ini seperti sebuah mimpi.

Saya hubungi Ust. A. Nur Shobirin selaku temen dan saudara se-darul aytam yang tinggal di ujung harapan tentang kebenaran berita tersebut. Dan ternyata informasi tersebut benar. Niat hati menanyakan info tersebut supaya saya langsung berangkat ke ujungharapan untuk bertakziyah ke rumah beliau, namun sangat di sayangkan menurut infromasi yang di sampaikan, setelah pulang dari rumah sakit jenazah beliau tidak di bawa pulang ke rumah kediaman beliau di pesantren attaqwa putera, akan tetapi langsung di kirim ke Pondok Pesantren Attaqwa Putri untuk di mandikan, dikafani dan di shalatkan di pesantren tersebut. Apalah daya dan upaya, ini menjadi qodarulloh, rencana tidak tersampaikan. Saya ikhlaskan niat baik dan rencana tersebut tidak berjalan sesuai rencana, namun kiriman surat al-fatihah dan doa khusus untuk beliau tetap saya bacakan.

 

Selang beberapa hari kemudian, tepatnya hari selasa tanggal 27 Oktober, saya buka lagi group chat WA marhalah Iltizam 2006, kemudian saya dikagetkan yang kedua kalinya dengan sebuah pesan singkat yang di kirim oleh Ust. Syamsul Falah, S.Pd.I tentang meniggal nya Guru (Sapaan kami santri darul aytam at-taqwa untuk beliau) Abuya KH. Nurul Anwar, Lc. Badan ini terasa tak bertulang dan lemas sekali mendengar berita duka tersebut. Rencana dan strategi pun mulai saya susun supaya tidak gagal lagi seperti yang sudah berlalu. Pukul 07-00 sampai pukul 09.00 saya gunakan waktu untuk melakukan aktifitas dan tanggung jawab sebagai wali kelas 9B dan sebagi guru di SMPIT Nurul Ilmi Cibarusah, pukul 09.00 sampai 13.00 untuk bertakziyah ke Ujung Harapan. Sebagai Kiyai besar dan ulama terkenal seperti beliau, tentunya yang bertakziah pun sudah di pastikan sangat banyak serta jamaah beliau pun di pastikan membludak, saya urungkan niat saya untuk bertakziah, tetapi saya niatkan untuk tetap bisa melakukan shalat jenazah. Tepat pukul 11.30 tibalah saya di rumah orang tua saya di Nurul falah, kemudian segera wudhu lalu berangkat ke Masjid Jami Attaqwa dengan seragam apa adanya masih menggunakan baju mengajar. Ketika hampir tiba di masjid attaqwa, saya lihat  lapangan besar penuh dengan kendaraan motor, mobil-mobil parkir berbaris rapih di sepanjang jalan depan masjid dan di jalan raya, ribuan dan bahkan jutaan jamaah memadati halaman masjid attaqwa dan di dalam  masjid attaqwa baik di lantai dasar ataupun lantai dua masjid, jama’ah shalat zuhur dan shalat jenazah pada saat itu sangat banyak bahkan melebihi jumlah jama’ah shalat jumat seperti biasanya. Azan zuhur di kumandangkan lalu di ikuti iqomah bertanda langsung dilaksanakan shalat zuhur berjama’ah, doa setelah shalat selesai dibacakan, langsung di lanjutkan dengan pelaksanaan shalat jenazah dan ditutup dengan doa arwah. Namun perlu di ingat, sambil menunggu waktu zuhur tiba, sudah menjadi sunnah attaqwa bahwa sebelum pelaksanaan shalat jenazah dibacakan zikir , tahlil dan tahmid serta kalimat takziyah dan pada saat itu kalimat takziyah disampaikan oleh KH. Munawir, Sambutan keluarga disampaikan oleh DR. KH. Iman Fadhlurrohman, Lc. MA, sambutan dari Ketua Yayasan Attaqwa oleh KH. M. Amin Noer, MA dan ditutup dengan doa oleh Sekjen MUI Kabupaten Bekasi. Setelah di shalatkan, jenazah Guru di bawa ke Pondok Pesantren Attaqwa Puteri untuk di semayamkan yang berdekatan dengan makam orang tua beliau KH. Noer Alie dalam satu komplek pemakaman keluarga Besar Yayasan Attaqwa.

KH. Nurul Anwar Bin KH. Noer Alie menikah dengan HJ. Nurlaila Burhani Binti KH. Burhani, beliau di karunia lima orang anak, yaitu DR. KH. Iman Fadhlurrohman, Lc. MA, KH. Anis Abdul Quddus, MA, Mutiara Subhiyah, MA, Sofa Nur Rohmah, MA dan Muhammad ‘Ali Rojai, Lc.

Adapun yang di asuh oleh beliau dari keluarga besar bu Ela yaitu Fitrian Nabil, Lc, Shanti, Guru Syarifulloh, S.Pd, kak Ami, Kak Dayat dan kak Didin.

Sedangkan anak asuh dari Darul Aytam Attaqwa (PSDAA, Persatuan Santri Darul Aytam Attaqwa atau biasa dipanggil oleh Guru Syarifulloh dengan sebutan Pemuda Abu Dabhi) adalah Muhammad Zaim, S,Pd.I, M. Yusma, M. Ihsan Rifai Romli, S,Pd.I, Syahrul Faadhil, Lc. MA, Saiful Anwar, Lc, A. Nur Shobirin, S.Pd.I, Zulfahmi, Nur hayadi, S,Pd,I, M. Anwar Sadat, Suhendra dan A. Suharjo. Asrama yaitim pada saat itu di perpustakaan attaqwa Putera  yang lokasinya nempel disamping rumah beliau, setelah itu asrma yatim Pindah ke rumah bekas Ust. Zubair Dasuki.

Kami santri Darul Aytam Attaqwa di asuh oleh beliau seperti layaknya keluarga kandung. Setiap pagi kami di belikan nasi uduk atau dibuatkan nasi goreng oleh Bu Ela, setiap hari kami membantu bersih-bersih rumah beliau setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah dan setiap sore setelah shalat ashar, membantu menyiapkan segala sesuatunya ketika mau ada tamu, baik tamu perorangan, berkelompok atau berombongan, bahkan tamu dari luar negeri pun terkadang kami juga menyambutnya seperti pada waktu itu tamu dari Pakistan dengan berkomunikasi dengan bahasa arab. Setiap pagi kami membantu beliau berbelanja ke pasar untuk makan para santri, bahkan kami pun ikut  membantu berbelanja  bulanan untuk keperluan keluarga beliau dan keperluan santri. Setiap siang dan sore hari kami mengambil makan sambil Tobur dengan santri lain, dan kadang-kadang kita di perlakukan seperti anak emas tidak ikut mengantri tetapi langsung masuk ke dapur dan di layani dengan istimewa, seperti layaknya costumer kelas elit. Kami sering diebrikan sama bu Ela atau sama Guru uang jajan yang tidak di sangka-sangka. Terkadang kami di suruh mengantar jadwal pengajian beliau ke beberapa masjid tempat beliau mengisi pengajian. Masuk ke Ponpes Attaqwa Puteri pun langsung masuk tanpa melalui proses administrasi di pos waktu mengirim bekel untuk Kak Yara dan Kak Sofa atau ada keperluan lain ke guru-guru Ponpes Puteri. Setiap Bulan Ramadhan kami di sibukan dengan persiapan takzil untuk santri-santri dan guru di pondok, seperti membuatkan teh anget untuk Guru-guru asrama yang ikut tadarus menjelang shalat magrib dan membuatkan tiga sampai empat gentong es teh untuk para santri dan membelikan gorengan untuk santri dan guru pendamping tadarrus. Ketika sahur kami mengambil makan di asrama abdul majid yang lumayan jauh dari asrama kami, tapi alhamdulillah ketika berbuka puasa kami di siapkan oleh bu Ela dan tentunya makanannya lebih istimewa di banding dengan santri selain darul aytam attaqwa. Menjelang idul fitri kami pasti sibuk beres-beres dan bersih-bersih rumah beliau, seperti mengecat ulang rumah beliau, merapihkan tanaman-tanaman di depan dan disamping rumah beliau, belanja segala kebutuhan idul fitri untuk menjamu para tamu beliau seperti membeli kolang kaling, es krim sampai 5 ember dengan varian rasa, daging, nugget dan yang lainya. Tanggal 1 sampai 20 Romadhon kami di sibukan membantu memenuhi keperluan takzil, konsumsi tadarus setelah taraweh, iftor puasa santri, sedangkan tanggal 21 romadhon sampai akhir romadhon sibuk membantu panitia i’tikaf serta mengantar takzil, iftor, serta mengirim kebutuhan nya Guru ketika I’tikaf di masjid Attaqwa.

Kami merasa kehilangan sekali dengan kepergian beliau berdua, beliau sudah kami anggap seperti orang tua kandung kami. Kami ingat sekali pesan Guru ketika kami lebaran dulu, beliau mengatakan “ Kalian sebagai yatim gak usah sedih, Nabi Muhammad menjadi Yatim sejak masih dalam kandungan ibunya. Ketika anak yatim ayah kandungnya sudah tidak ada, maka yang menjadi ayah kalian adalah banyak, yaitu para guru, para ustadz dan orang-orang yang paham agama yang mendalam, oleh karena itu pesan Guru atau pesan bapak jangan lah kalian sedih, terus lah raih cita-cita dan prestasi”

 

Selamat jalan Ayah dan Ibu Kami tercinta Abuya KH. Nurul Anwar, Lc dan Ust HJ. Nurlailah Burhani, S.Ag. Hanya doa yang bisa kami panjatkan. Semoga Kak Iman, Kak Anis, Kak Yara, Kak Sofa dan Kak Rojai di berikan kekuatan dan kesabaran menjalani semua ini.

Dari kami, Santri Darul Aytam Attaqwa angkatan Pertama.


Tidak ada komentar:

Macam-macam khot

NILAI PSTS BAHASA ARAB KELAS 9, 8, 7 2024 ( RABU 9 OKTOBER)

  KETERANGAN: NILAI TERSEBUT DIKALIKAN 2, MAKA SEGITULAH NILAI YANG DIDAPAT SISWA.