Jumat, 08 April 2022

RASULULLAH SAW TELADAN BERNEGARA

     Bagi kita umat Islam, teladan yang terbaik adalah baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hal ini, Allah SWT telah berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

Sungguh bagi kalian, di dalam diri Rasulullah itu, terdapat suri teladan yang baik (TQS al-Ahzab [33]: 21).

    Penggunaan kata uswah hasanah (teladan yang baik) dengan menggunakan isim nâkirah (indefinitif) mengandung pengertian umum. Artinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan yang baik dalam semua perkara.

    Maka sungguh aneh, jika ada seorang Muslim, pejabat negara hari ini yang menyatakan bahwa haram hukumnya mendirikan negara seperti yang dibentuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Alasannya, negara yang dibentuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah tidak relevan karena sumber hukumnya dari Allah. Ia juga beralasan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah tidak ada dan tidak ada lagi wahyu yang turun, sedangkan persoalan baru terus berkembang. Oleh karena itu, kata dia, bentuk negara yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan.


    Kalau kita kembalikan kepada makna ijtihad dan ilmu ushul fikih, pernyataan pejabat ini nyeleneh. Nyeleneh karena dia menolak untuk membentuk negara ala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hanya karena saat ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah tidak ada, dan wahyu Allah sudah tidak turun lagi sebagaimana saat beliau masih hidup. 


    Secara jasad, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memang sudah tidak ada. Tapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan dua warisan berharga untuk dijadikan acuan dan rujukan dalam hidup, termasuk dalam kehidupan bernegara, sampai Hari Kiamat. Itulah al-Quran dan as-Sunnah. Keduanya wajib dijadikan pedoman hidup oleh kaum Muslim. Termasuk dalam bernegara. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

Aku telah meninggalkan dua perkara. Kalian tidak akan pernah tersesat selama-lamanya jika kalian berpegang teguh pada kedua. (Kedua perkara itu) Kitabullah (al-Quran) dan Sunnah Nabi-Nya (al-Hadis) (HR Malik).

    Ketahuilah, meski Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat belasan abad lalu, beliau tetaplah teladan utama yang wajib diikuti oleh umat Islam sedunia sampai Hari Kiamat. Meneladani beliau tentu tak hanya dalam urusan ibadah ritual dan moral (akhlak) saja. Beliau juga wajib diteladani dalam semua aspek kehidupan: muamalah (ekonomi), siyâsah (politik), pemerintahan, sosial, hukum, peradilan, dan lain-lain).

    Para ulama tidak berbeda pendapat tentang kewajiban mengikuti Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terdapat banyak nash al-Quran juga hadis yang memerintahkan kaum Muslim untuk menaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah subhanahu wa ta’ala, misalnya, berfirman:

قُل إِن كُنتُم تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحبِبكُمُ ٱللَّهُ وَيَغفِر لَكُم ذُنُوبَكُم وَٱللَّهُ غَفُور رَّحِيم 

Katakanlah, "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS Ali Imran [3]: 31).

    Imam Ibnu Katsir mengomentari ayat ini: “Ayat yang mulia ini menilai setiap orang yang mengakui dirinya cinta kepada Allah, sementara sepak terjangnya bukan pada jalan yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai orang yang berdusta dalam pengakuannya, sebelum ia mengikuti syariah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan agama yang beliau bawa dalam semua ucapan dan perbuatannya.” (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, 2/26).

Imam Ibnu Katsir menukil sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Siapa saja yang melakukan suatu amal perbuatan yang bukan termasuk tuntunan kami, maka amalnya itu ditolak (HR al-Bukhari dan Muslim).

    Membangkang Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dosa besar. Bahkan Allah subhanahu wa ta’ala menyebut para pelakunya hakikatnya tidak beriman sekalipun mereka mengklaim beriman (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 65).

    Selain itu, ketahuilah, kita kaum Muslim juga diperintahkan untuk mengikuti sekaligus memegang teguh Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Sunnah Khulafaur-Rasyidin dan sunnah ulama Salafussholeh . Beliau bersabda:

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ، تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

    Wajib atas kalian berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian (HR Ahmad dan Abu Dawud).

    Di antara yang termasuk Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga Sunnah Khulafaur Rasyidin yang menonjol, adalah dalam kehidupan bernegara. Faktanya, pemerintahan atau negara yang dibangun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah berdasarkan Syariat Islam, karena pada hakikatnya Syariat yang Rasulullah ajarkan tidak merugikan siapapun, baik untuk kaum muslimin maupun untuk non musliimin dan beliau sendiri sebagai kepala negaranya. Konstitusinya berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah.

    Inilah yang mesti diperjuangkan oleh kaum Muslim semuanya. Kehidupan yang berpijak pada kontitusi ilahi, al-Quran dan Sunnah, Ijma dan sumber-sumber hukum islam lainnya baik yang muttafaq ‘alaihi atau mukhtalaf ‘alaihi.

    Kita bentengi diri kita dan keluarga kita terhadap ajakan para propokator dan pemuja hawa nafsu, yang sok tahu tentang kehidupan ini. Dalam hal ini, Allah SWT mengingatkan kita : 

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ  بَلْ أَتَيْنَاهُمْ 

بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ

Andai kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu. (TQS al-Mukminun [23]: 71)..

Tidak ada komentar:

Macam-macam khot

NILAI PSTS BAHASA ARAB KELAS 9, 8, 7 2024 ( RABU 9 OKTOBER)

  KETERANGAN: NILAI TERSEBUT DIKALIKAN 2, MAKA SEGITULAH NILAI YANG DIDAPAT SISWA.