Allah
SWT telah mengharamkan perbuatan keji, seperti mencari-cari kesalahan orang
lain dan menggibahi orang lain,
sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 14 :
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sebagian
dari berprasangka itu dosa. dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan (Ghibah) satu
sama lain. Adakah seorang diantara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.
Allah
juga mengharamkan perbuatan mengejek dan mencela orang lain serta memanggil
dengan panggilan yang kurang pantas, sebagaimana di jelaskan dalam surat
al-hujurat ayat 11 :
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi
yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri, dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan Barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”
Maksud
dari kalimat :Jangan mencela dirimu
sendiri ialah mencela antara sesama mukmin karena orang-orang mukmin
seperti satu tubuh.
Maksud
dari kalimat: Panggilan yang buruk
ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan
kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir
dan sebagainya.
Ayat
ini merupakan bentuk larangan yang sangat jelas bahwa kita tidak boleh saling
menggunjing (ghibah) demi menjaga kesetiaan, kecintaan, kedamaian dan hubungan
baik antar sesama ummat islam. Ghibah adalah membicarakan kekurangan dan
keburukan orang lain di belakangnya, dengan sesuatu yang tidak dia sukai
apabila mendengarnya. Rasulullah SAW pernah di tanya oleh seorang sahabatnya
tentang arti ghibah. Beliau menjawab “Kamu membicarakan sesuatu yang tidak
disukai saudaramu”. Kemudian Orang itu bertanya kembali, “Bagaimana menurut
engkau bila hal tersebut memang benar?, Beliau menjawab : Bila sesuatu yang
tidak disukai itu benar dia lakukan, berarti kamu telah menggibahi nya, bila
ternyata sesuatu itu tidak benar dia lakukan, berarti kamu telah berdusta, dan
dusta lebih berbahaya dari ghibah.
Orang
yang ghibah di ibaratkan seperti memakan daging saudaranya sendiri, artinya,
kehormatan dan kemulyaan orang yang di ghibahi itu dimakan dan diambil oleh
orang yang menggibahi sehingga seolah-olah yang ghibah itu menjadi lebih mulya
dibandingkan dengan orang yang di ghibahi. Pada dasarnya muslim yang satu
dengan muslim yang lainnya adalah saudara seperti satu tubuh, jika satu anggota
tubuh ada yang sakit, maka akan menjadi sakit pula tubuh yang lainnya. ketika
kita membuka aib keburukan orang lain sesama muslim, maka sama saja kita
membuka aib dan keburukan diri kita sendiri, ketika kita menjelek-jelekkan
saudara kita sesama muslim dan apalagi menghinanya, sama saja kita menghina
diri kita sendiri. Ghibah, menghina, merendahkan orang lain, baik laki-laki
ataupun perempuan hukumnya haram. Bisa
jadi orang yang di hina lebih mulya dari orang yang menghina.
Ketahuilah,
lisan adalah salah satu anggota tubuh yang banyak sekali melakukan dosa, baik
dosa kecil maupun dosa besar. Oleh karena itu, hendaknya setiap muslim mampu
menjaga lisannya. Jangan sampai lisannya mengeluarkan kata-kata yang tidak
baik, bathil, buruk, mengadu domba dan kemungkaran. Berkaitan dengan bahaya
lisan tersebut, Rasulullah SAW bersabda :
“siapa
yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaknya ia berkata yang baik
atau diam”
Hadits tersebut memberikan
pelajaran bahwa, orang yang beriman kepada Allah dan dia meyakini dengan
seyakin-yakinnya bahwa nanti di hari kiamat akan bertemu dengan tuhannya, tentu
dia akan malu menghadap kepada Allah dengan
membawa lisannya yang kotor dari kotoran dosa ghibah atau menyakiti
orang lain, dan solusinya adalah harus berkata yang baik-baik saja atau lebih
baik diam jika yang akan diucapkan berakibat dosa. Karena pada hakikatnya,
muslim yang tsiqqoh atau muslim sejati adalah ketika orang muslim yang
ada disekitarnya merasa aman, nyaman dan tidak terganggu dari ucapan dan
perbuatan orang muslim tersebut. Rasullah SAW bersabda :
“orang muslim yang baik adalah ketika orang muslim lainnya selamat dari
gangguan ucapannya dan perbuatannya”
Oleh karena itu,marilah kita
hindari perbuatan tersebut. Jangan
sampai ada yang merasa terganggu dengan ucapan dan tindakan kita, sehingga
orang tersebut merasa tidak aman dan nyaman dalam kehidupannya.
Dihadits yang lain juga, Rasulullah SAW
memerintahkan kepada kita untuk selalu menjaga saudara kita sesama muslim,
tidak boleh membunuhnya, memeranginya, menghinanya, memfitnahnya atau bahkan
berusaha dengan berbagai macam cara untuk merendahkan status dan kedudukan nya
yang sudah mulya di mata agama dan masyarakat. Ini adalah perbuatan-perbuatan tidak
baik, kita wajib meninggalkannya.
Marilah
kita berdoa kepada Allah, Semoga Allah membimbing lidah kita untuk selalu
mengucapkan yang baik, membuka hati kita untuk membedakan antara yang haq dan
hoaks serta memberikan hidayah dan taufiqnya kepada kita untuk selalu melakukan
perbuatan yang baik dan mencegah segala kemungkaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar